25.8 C
Indonesia
Sab, 24 Mei 2025
close

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

25.8 C
Indonesia
Sabtu, 24 Mei 2025 | 10:26:30 WIB

Hasil Perkebunan Tidak Optimal, Lantaran Kelangkaan dan Tingginya Harga Pupuk di Daerah Malang

Reporter : Redaksi

Malang detikjatim.id

Hasil Investigasi bersama Antara Jurnalis Warta Merdeka dengan Jurnalis DetikJatim.id Menyebutkan bahwa Penyediaan pupuk yang dijanjikan pemerintah untuk para petani hingga kini belum ada kepastian.

Pasalnya petani merasa kesulitan untuk mengolah lahan pertanian dan perkebunan karena langkanya pupuk.

Ini terungkap pada diskusi petani Desa Wiyurejo yang berada di Gunung Argi Wayang, Kabupaten Malang, pada Jum’at (30/6/23), dengan para aktivis dan relawan dari Alumni Universitas Brawijaya, membahas pengoptimalan hasil pertanian mewujudkan Petani Unggul Indonesia.
Tim dari wartamerdeka.info dan detikjatim.id yang diikutsertakan dalam diskusi tersebut, melaporkan hasil pertemuan yang di gelar mulai pukul 11.00 Wib itu, selain mendengarkan keluhan petani juga mencoba untuk mengambil jalan keluar dari masalah yang dihadapi para petani.

Muhidin, salah seorang petani, menjelaskan ada sekitar 3.600 jiwa penduduk di Desa Wiyurejo yang mayoritas petani. Sementara luas lahan yang digarap sekitar 2.000 hektar berupa persawahan dan perkebunan, dan 1.500 hektar berupa tanah kering.

Dalam diskusi, Muhidin menyadari kemungkinan cuaca memengaruhi hasil perkebunan karena sering turun hujan yang mengakibatkan hasil perkebunannya tidak memuaskan. Kondisi ini sudah barang tentu, Muhidin berharap pemerintah ikut serta turun tangan (proaktif) mengatasi ketersediaan pupuk dan harganya.


“Harga pupuk tidak seimbang dengan hasil perkebunan kami di Desa Wiyurejo,” kata Muhidin.

Sementara itu petani lainnya, Hadi, menjelaskan pengadaan pupuk tersendat entah di mana, dan juga harga obat-obatan yang mahal hingga tidak seimbang antara biaya operasional dengan pendapatan.
“Pemerintah pernah janji akan mendatangkan ahli perkebunan dari Universitas Brawijaya, untuk pengukuran kesuburan tanah di Desa Wiyurejo. Tapi sampai saat ini belum ada realisasinya,” ujar Hadi berharap.

Dalam pertemuan yang dihadiri aktivis pertanian, Vickry Anggun Nurramadhan yang Alumni Universitas Brawijaya Malang itu, mengaku dirinya telah menciptakan alat pendeteksi kesuburan tanah yang cocok untuk tanah perkebunan dan pertanian.

“Terkadang tanahnya tidak sesuai, hingga tanaman menjadi layu dan menghabiskan banyak pupuk. Maka dengan alat yang saya ciptakan dapat mendeteksi keadaan PH tanah,” tutur mas Vickry, panggilan akrab Vickry Anggun Nurramadhan. (Redaksi/Tim Bersama)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles