Medan | Gerbang Indonesia – Al-Ustadz Buya Dr. Ar-Razy Hasyim, MA, M.Hum , tokoh Ulama masa kini yang lagi ramai diperbincangkan khalayak ummat Islam. Kepopuleran beliau membahas tentang ilmu Agama Islam selalu menarik perhatian. Dengan bahasa yang lugas dan mudah difahami, serta dalamnya ilmu yang dimiliki, menciptakan penggemar yang fanatik di kalangan ummat Islam. Apalagi video YouTube beliau dengan berbagai macam pokok pembahasan agama selalu menyedot animo masyarat yang ingin memahami ilmu agama.
Hari ini, Rabu (8/12), bertempat di Mesjid Ar-Ridho, jalan Platina Raya, Medan Marelan, beliau berkesempatan mengisJli tausiyah agama. Ratusan masyarat menghadiri tabligh Akbar ini. Menjelang Maghrib, masyarakat berduyun-duyun ingin menyaksikan ustadz Ar-Razy secara langsung. Tokoh-tokoh agama, pemuka masyarakat dan masyarakat sekitarnya sudah memadati ruangan halaman masjid. Setelah melaksanakan sholat Maghrib berjamaah, ratusan masyarakat duduk bersila dengan rapi menunggu kehadiran ustadz. Shaf di depan panggung khusus untuk ikhwa (laki-laki) dan shaf di samping kanan panggung diperuntukkan untuk akhwat (perempuan).
10 menit kemudian rombongan pendamping ustadz Ar-Razy memasuki tempat acara. Ratusan orang tidak menyia-nyiakan untuk berfoto sedekat mungkin. Acara pun di mulai dengan kata sambutan dari ketua Badan Kenaziran Mesjid (BKM) Ar- Ridho, Al-Ustadz Rustam Efendi, SH. Dalam sambutannya, Rustam menyatakan rasa terima kasih atas kehadiran ustadz Ar-Razy yang bersedia hadir. Ketua yayasan pendidikan Ar-Ridho juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh panitia pelaksana yang bersusah payah mengadakan dan mempersiapkan segala sesuatunya agar acara terlaksana dengan baik.
Tema tausiyah yang disampaikan mengenai “Kemurnian Aqidah Ahli Sunnah Wal Jama’ah”. “Suatu hari datang seorang sahabat namanya Abu Musa Al ‘Asyari, bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasullullah, Allah itu hakekatnya bagaimana?”, lalu Baginda Nabi Sallallahu ‘ Alaihi Wassalam menjawab;” Allah sudah ada dan tidak ada yang lainpun bersamanya. Tiada ‘Arsy, tiada langit, tiada bumi bahkan tiada kata ada pun tiada. apabila Allah ada, dan tiada sesuatupun bersamanya, maka setelah menciptakan makhluknya, maka Dia pun tetap ada dalam kesendirian Nya”. Ungkap Ar-Razy yang di kutip dari Hadits Shahih Al Bukhori. Hal itu termaktub dalam surat Al Ikhlas ayat pertama; “Qul Huwallahu Ahad”. artinya; “Katakanlah (Hai Muhammad, Allah itu Satu)”.
“Allah itu sendiri, itu menunjukkan kesempurnaannya. Allah SWT, tidak butuh siapa-siapa. Maka Dia tidak perlu “Arsy, Dia tidak perlu menempati apa-apa, jadi sifat Allah itu qadim, Maha Awal, tidak berubah keadaan-Nya, itu yang harus diyakini. Maka kalau ada yang menyatakan Allah di atas ‘Arasy, maka kelompok ini di sebut kelompok “Mujassim”, yaitu pemahaman yang membedakan Allah. Bagi mereka, segala yang berwujud mesti bertempat. Yang benar, setiap benda mesti bertempat. Allah wujud, tempat belum ada. Abu Musa Al – ‘Asyari ini punya keturunan Abu Hasan Al-‘Asyari. Imam Abu Hasan Al- ‘Asyari diperkirakan lahir tahun 255 sampai 266 Hijriyah. Beda 100 tahun dengan Imam Asy-Syafi’i. Dia lahir sesudah meninggalnya Imam Syafi’i (244 H)”.
Lebih lanjut Ar-Razy menyatakan bahwa sewaktu kecil Imam ‘Asyari pernah belajar dengan Al Imam Zakaria Ibnu Yahya As-Saji yang merupakan murid terbaik Imam Syafi’i. Kemudian ibu Imam ‘Asyari menikah dengan tokoh Muta’zilah, Abu ‘Ali Al Jubali Al Mu’tazil. Dari sinilah Syafi’i menjadi tokoh Muta’zilah belajar dari ayah sambungnya. Kembalinya Abu Hasan karena kekeliruan banyak hal tentang sifat Allah yang berkehendak baik menurut Mu’tazilah. Padahal Kehendak Allah itu bisa juga buruk. Baik buruk kehendak Allah tergantung permintaan hamba-Nya hingga orang yang bermaksiat dan orang yang kufur kepada Allah itu semua karena kehendak Allah.
Allah menciptakan kebaikan. Jadi siapakah yang menciptakan keburukan?. Apakah ada pencipta selain Allah?. Dua hal ini menyebabkan ‘Asyari kembali menelaah ilmu yang pernah dipelajarinya. Karena Allah itu Ahad, dan Dia-lah yang menciptakan apa-apa yang ada di langit dan di bumi dan di antara keduanya. Pendapat lainnya dari Mu”tazilah tentang perbuatan maksiat dan buruk itu karena diciptakan diri mereka sendiri, jadi seolah-olah banyak pencipta selain Allah.
“Dari saat itu lah, Asy’ari mulai mengumumkan bahwa beliau keluar dari faham Mu’tazilah dan kembali kepada faham Ahli Sunnah Wal Jama’ah seperti yang difahami para ulama shalafusshaleh penerus ajaran Nabi SAW. Beliau mulai mengikis faham tersebut dan memunculkan faham baru yang kita kenal dengan istilah Ahli Sunnah Wal Jama’ah sampai saat ini”, pungkas Ar-Razy mengakhiri tausiyahnya.
Tabligh Akbar ini dihadiri Alim Ulama setempat dan ketua Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PCNU) Medan Marelan, Abdul Rahman, MPd. Tampak hadir para pengurus BKM Mesjid Ar Ridho, beberapa kelompok majelis zikir dan pengajian majelis taklim seputaran Medan Utara. acara berakhir dengan do’a yang di pimpin ketua BKM. Pelaksanaan Tabligh Akbar ini hanya sampai menjelang sholat ‘Isya. Beberapa menit sebelum masuk ‘Isya, Ustadz Buya Ar Razy beserta rombongan bertolak ke lain tempat untuk mengisi tausiyah. (Rudi Hartono)