21.3 C
Indonesia
Kam, 18 Desember 2025
close

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

21.3 C
Indonesia
Kamis, 18 Desember 2025 | 22:43:13 WIB

13 Pos Polisi Rusak, 61 Orang Diamankan Usai Demo Ricuh di Malang

Reporter : RPMS

Malang detikjatim.id

– Aksi lanjutan demo di Kota Malang berakhir ricuh. Sebanyak 13 pos polisi rusak, tiga di antaranya dibakar massa. Polisi juga mengamankan 61 orang, terdiri dari 21 anak dan 40 orang dewasa.

Kericuhan pecah Jumat (29/8/2025) malam hingga Sabtu (30/8/2025) dini hari. Awalnya massa yang terdiri dari pengemudi ojek online, mahasiswa, hingga warga sipil menggelar doa bersama dan menyalakan lilin di Alun-alun Merdeka, mengenang Affan Kurniawan (21), driver ojol yang tewas terlindas mobil Brimob saat demo di Jakarta.

Sekitar pukul 18.30 WIB, massa bergeser ke Mako Polresta Malang Kota. Situasi awalnya kondusif, bahkan Kapolresta Malang Kota Kombes Pol Nanang Haryono sempat menemui massa dan menyampaikan permohonan maaf terbuka. Namun, sekitar pukul 22.00 WIB kondisi berubah. Massa mulai melempari batu, merusak spanduk, mencoret-coret tembok, hingga membakar baliho.

“Dari total 16 pos polisi di wilayah kami, 13 rusak karena dilempari hingga kaca pecah, dan tiga pos lainnya dibakar. Di Mako Polresta sendiri tidak ada kerusakan, hanya pagar dicoret dan beberapa banner dibakar,” kata Nanang kepada wartawan, Sabtu (30/8/2025).

Nanang memastikan, 61 orang yang ditangkap adalah mereka yang diduga terlibat perusakan. “Pokoknya yang tidak terbukti, kami lepas sore ini. Guru dan orang tua sudah kami panggil. Yang terbukti bersalah akan diproses hukum, sementara yang lain tetap wajib lapor,” tegasnya.

Polisi sempat menembakkan gas air mata bertubi-tubi untuk membubarkan massa. Gas bahkan menyebar hingga kawasan Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang, membuat situasi semakin mencekam. Kericuhan baru mereda sekitar pukul 01.20 WIB, saat massa dipukul mundur hingga kawasan Kayutangan.

Pola Kericuhan di Malang: Berulang, Massa Mudah Tersulut

Catatan detikJatim.id menunjukkan bahwa Malang kerap menjadi titik panas kericuhan dalam aksi massa. Tahun 2019, bentrokan besar juga pecah saat aksi mahasiswa menolak RUU KUHP dan revisi UU KPK. Saat itu, sejumlah fasilitas publik di sekitar Jalan Ijen dan Kayutangan rusak.

Pola yang terlihat hampir sama: aksi awal berlangsung damai dengan orasi dan doa bersama, lalu berubah ricuh saat malam tiba. Lemparan batu, perusakan pos polisi, hingga bakar-bakaran atribut kerap jadi pemicu eskalasi.

Dampak ke Fasilitas Publik: RS dan Ruang Kota Terganggu

Selain kerugian pada pos polisi, dampak kericuhan kali ini juga meluas ke fasilitas publik. Gas air mata yang ditembakkan aparat terbawa angin hingga kawasan Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA). Beberapa keluarga pasien dilaporkan panik dan harus dievakuasi sementara.

Sejumlah ruas jalan utama, mulai Alun-alun Merdeka hingga Kayutangan, lumpuh total. Pedagang kaki lima menutup lapak lebih awal, sementara kendaraan dialihkan ke jalur alternatif.

Catatan Sejarah: Malang dan Jejak Bentrokan Massa

  • 2019: Demo mahasiswa di depan DPRD Malang ricuh, puluhan orang diamankan.

  • 2022: Aksi solidaritas tragedi Kanjuruhan sempat memicu bentrok kecil di Kayutangan.

  • 2025: Aksi solidaritas ojol berubah ricuh, 13 pos polisi rusak.

Catatan ini menunjukkan, Kota Malang punya sejarah panjang soal aksi massa yang mudah berujung bentrokan. Faktor emosional, terutama saat menyinggung korban jiwa, terbukti jadi pemicu cepat eskalasi.

Dari sini, detikJatim.id menemukan pola: demo di Malang hampir selalu berujung ricuh ketika berlangsung hingga malam hari, dengan titik rawan di Alun-alun, Kayutangan, dan Mako Polresta.  (RPMS/Tim Redaksi Malang)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles