20.7 C
Indonesia
Sab, 25 Oktober 2025
close

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

20.7 C
Indonesia
Sabtu, 25 Oktober 2025 | 1:49:10 WIB

LIPUTAN KHUSUS HARI SANTRI NASIONAL 2025 (HSN) : “Dari Santri Jadi Kepala Sekolah – Filosofi Barokah dalam Dunia Pendidikan Umum”

Reporter : SKBN

Sampang detikjatim.id

Jurnalis:
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Halo sobat Detik Jatim, kembali lagi di Podcast Inspirasi Pendidikan Madura. Kali ini kita kedatangan sosok inspiratif dari Sampang, Madura. Beliau adalah Kepala Sekolah SMAN 1 Ketapang, seorang pendidik sekaligus santri yang punya pandangan menarik tentang dunia pendidikan modern.
Selamat datang, Pak Sulaiman S.E., M.Pd.

Sulaiman:
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih, senang sekali bisa berbagi di sini.

🎧 Bagian 1 – Dari Santri ke Kepala Sekolah

Jurnalis:
Pak Sulaiman, kabarnya Bapak dulu juga seorang santri di Pondok Pesantren An-Nuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep. Bisa diceritakan sedikit, bagaimana perjalanan santri bisa membawa Bapak jadi kepala sekolah di SMA negeri?

Sulaiman:
Betul sekali. Saya memang berawal dari pesantren. Di sana saya belajar bukan hanya ilmu agama, tapi juga disiplin, sopan santun, dan cara menghormati guru. Nilai-nilai itu yang saya bawa sampai sekarang memimpin sekolah umum. Menurut saya, santri sukses itu bukan karena kepintaran semata, tapi karena adabnya.

🎧 Bagian 2 – Kiat Menjadi Santri Sukses

Jurnalis:
Kalau boleh tahu, apa kiat-kiat menjadi santri sukses menurut pengalaman Bapak sendiri?

Sulaiman:
Pertama, hormati guru sebagaimana santri menghormati kiainya. Guru itu orang tua teologis kita. Kedua, cintai kitab atau buku pelajaran. Santri itu menghormati kitab sampai diletakkan di dada. Maka siswa sekolah umum pun harus menghormati bukunya—karena dari situlah ilmu datang.
Ketiga, jangan lupa bangun malam. Gunakan waktu itu untuk shalat, muroja’ah, atau mengulang pelajaran. Ilmu yang diulang saat sepertiga malam terakhir itu lebih melekat dan berkah.

🎧 Bagian 3 – Soal Tuduhan Feodalisme di Pesantren

Jurnalis:
Beberapa waktu lalu sempat viral di salah satu acara televisi nasional, yang mengatakan bahwa gaya hormat santri kepada kiai dianggap mirip sistem feodal. Bagaimana tanggapan Bapak?

Sulaiman:
Saya kira itu tuduhan tidak berdasar. Biasanya datang dari orang yang belum pernah nyantri.
Saya sendiri dulu sering mendekati rumah kiai agar bisa disuruh-suruh. Itu bukan karena terpaksa, tapi karena ingin mencari barokah. Tidak semua santri bisa mendapat kesempatan itu.
Kalau feodalisme itu terjadi karena tekanan, barokah itu dicari dengan senang hati dan ikhlas. Jadi jangan samakan antara feodalisme dan adab santri.

🎧 Bagian 4 – Korelasi Pesantren dan Sekolah Umum

Jurnalis:
Lalu bagaimana Bapak menerapkan nilai-nilai pesantren di SMAN 1 Ketapang yang Bapak pimpin saat ini?

Sulaiman:
Saya berusaha menata sekolah seperti pesantren kecil.
Kami tekankan akhlak kepada guru dan sesama. Contohnya, siswa diajarkan adab berkendara: kalau menyalip di jalan, klakson atau pamit. Jangan ugal-ugalan. Itu bagian dari sopan santun.
Selain itu, sejak saya dipercaya memimpin sekolah ini oleh Ibu Gubernur Jawa Timur, Ibu Khofifah Indar Parawansa, saya bentuk berbagai kegiatan keagamaan. Ada kajian kitab Ta’limul Muta’allim setiap pekan—dan saya sendiri yang mengajar.
Setiap Jumat juga ada program tahfidz, tahsin, dan kajian akhlak. Jadi pelajaran umum dan agama kami padukan agar seimbang: cerdas secara intelektual dan juga berakhlakul karimah.

🎧 Bagian 5 – Penutup

Jurnalis:
Luar biasa, Pak Sulaiman. Dari pesantren ke sekolah negeri, tapi ruh santrinya tetap hidup di setiap langkah.
Terakhir, pesan singkat untuk siswa-siswi di seluruh Indonesia?

Sulaiman:
Jadilah pelajar yang berilmu dan beradab. Hormati gurumu, cintai bukumu, dan jangan lelah mencari barokah. Karena ilmu tanpa adab itu seperti api tanpa cahaya.

Jurnalis:
Masya Allah, pesan yang sangat dalam. Terima kasih banyak, Pak Sulaiman, atas waktunya dan inspirasinya hari ini.

Sulaiman:
Sama-sama, semoga bermanfaat untuk semuanya.

Jurnalis:
Baik, sahabat Detik Jatim, demikian perbincangan kita hari ini. Jangan lupa terus dengarkan Podcast Inspirasi Pendidikan Madura, hanya di DetikJatim.id.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles